Kamu berharga lebih dari siapa pun... Walau kau tolak tak akan ku sesali.... Kamu berharga lebih dari siapa pun.... Tadinya ku ingin ungkapkan rasa ini...
Jika ku suka,
'kan ku katakan suka... Tak ku tutupi ku katakan sejujurnya... Jika ku suka,
'kan ku katakan suka... Dari hatiku dengan tulus ku katakan...
Begitulah bunyi lagu
yang selalu setia menemani Fandri setiap hari sepanjang perjalanannya
menelusuri lorong panjang akses menuju kampus. Semakin hari, bosan tak jua
menghampiri dirinya untuk mengganti lagu tersebut. Mungkin lagu itu sudah
dihayatinya semenjak patah hati yang menyerangnya tempo hari...
Hari ini adalah hari
bagi mahasiswa jurusan Sastra Inggris Universitas Madya Karuna Bhakti untuk
mengambil nomer urut antrian jadwal mata kuliah. Seperti biasa, semua member
Pasukan Sabun dari Lembah Perawan mendapatkan giliran terakhir untuk mengambil
jadwal mata kuliah, kecuali Fandri.
"Wah, jadwal gue
hancur nih, harus pulang sore terus lagi... Sial!" Fandri mencaci
ketidakberuntungannya pagi ini.
Hape cina yang ada
disampingnya berbunyi kencang, terdengar suara yang tidak asing lagi di
seberang sana,
"Hoe kampret!! Lu
pulang ga bilang-bilang, minimal pamit dulu kek, ke Sifu kita gitu.."
,kata Rahmadi membuka percekcokan.
"Wedhus!! Bisa
lumutan gue nungguin kalian disono, lagipula apa sih yang bisa gue nikmatin
disono??"
"Kurang ajar!!
Makan mie dulu sono!! Lu bakal nyesel ga ikut kita sore ini, ada pemandangan
cewek-cewek semester bawah lhooo... hahahahaha..." ,tawa jahat Sang Sifu
terdengar geli diiringi dengan gelak tawa member pasukan yang lain.
"Meehhh... Lagi ga
mood nyuci mata, gue masih kepikiran tadi malem!!" ,kesal Fandri.
"Udah bro, ga usah
dipikir keras, mending mangan mie silir..." ,kata Galih bermaksud untuk
memnghibur temannya.
"Heleh, wes!"
,tutup Fandri mengakhiri percekcokan wajib sesama pasukan.
Perasaan yang campur
aduk, mengisi relung hati dan ruang pikiran Fandri mengenai hal semalam yang
dia ketahui. Bakat stalkingnya paling tidak telah berjasa mengungkap kebenaran
yang selama ini disembunyikan Mira dari dirinya. Mungkin Mira tidak ingin
membuat hati Fandri sakit, akan tetapi luka yang diberi obat akan semakin
terasa perih yang terkandung padanya. Terlanjur sudah Fandri terserang penyakit
yang tiada obatnya itu, sempat terlintas untuk meninggalkan semua ini, namun
sekali lagi, akal memenangkan segala hal.
***
"Aku tidak mungkin
begitu saja melupakannya, aku akan membuat rencana lain untuk menanggapinya."
"Mungkin dia telah
menjadi mlik seseorang, tapi hati ini serasa berkata bahwa aku tidak boleh
untuk menghentikannya cukup disini saja, aku harus tetap melangkah!! Entah
mengapa, aku pun bingung merasakannya..."
Pagi-pagi Fandri sudah
ngobrol dengan Galih didepan gerbang kampus, dasar mahasiswa kurang kerjaan.
Dengan wajah-wajah mesum tak berdosa, mereka dengan sentainya melanjutkan bahan
pembicaraan yang mendekati tahap atau titik resolusi... "Mungkin lo harus
dengerin apa kata hati lo, siapa tahu itu akan benar-benar betul!
hahahaha" ,saran menyesatkan yang keluar dari mulut seorang Galih.
"Huft... I don't
know, if she tells me the truth directly without hiding it from me, maybe i
will... hahh... ntahlah, gue juga bingung sendiri... ARRGGHH!!!! Why??? God
why????" ,Fandri berteriak memaki kenyataan yang sesungguhnya sangatlah
pahit.
"Sabar bro, all
those facts are bitter than jamu..." ,canda Galih mencoba mencairkan
suasana.
"Ok, kita cabut ke
SAR aja, sini mulai panas... Eh... Bentar, makul lu di jadwal kurang berapa
biji??"
"Emm... Udah
lengkap, mang nape?"
"Waaah... Ga beres
nih, gue kurang satu bro! Dan feeling gue ini bakalan runyam urusannya ma Pak
Sunar... Aaasemm..... Kok buntung banget ya, gue dua hari ini?" ,umpat
Fandri.
"Wah, lu kayaknya
harus menggelar syukuran biar apes lu ilang broo!!!" ,saran Galih.
"Apa?? Ah, enggak
enggak enggak enggak!! Ga ada fulus ane... Mending ayo langsung ke
sekretariat..."
"Ayo..."
Mereka meninggalkan
pohon depan kampus tersebut dengan tergesa-gesa, karena semua dosen Sastra
Inggris mempunyai shift tersendiri, jika mahasiswa telat untuk urusan apapun
dengan dosen, maka tamatlah sudah riwayat karir mahasiswa tersebut.
Dengan tergesa-gesa,
Fandri menempati ruangan komputer jurusan hukum.
"Oh shit!! Kenapa
sih, kok harus penuh semua nih kelas! Apa kagak ada lebih berapa orang gitu..."
"Apa mungkin kuota
kelasnya belum ditambah ya? Yah… Ngalamat nunggu sampe ntar malem nih…”
***
Malam harinya, Fandri
segera berkelut dengan netbook kesayangannya, walaupun sudah bisa dikategorikan
sebagai laptop yang tidak muda lagi, tapi laptop pemberian ayahnya itu
sangatlah berjasa dalam menemaninya mengerjakan tugas-tugas dari dosen.
Jarum panjang jam
dinding hampirmenyentuh angka 12 dan Fandri masih terjaga dari penantian
panjangnya… Namun, kuota yang ditunggu-tunggu tak kunjung bertambah. Fandri
kecewa, kesal,marah dan emosi,menahan rasa benci yang mendalam terhadap
kepengurusan system ngentri dikampusnya yang amburadul. Seperti biasa, Fandri
lebih memilih untuk login ke akun Facebooknya, akan tetapi…
Sepertinya hal itu
bukanlah hal yang terbaik untuk menghilangkan suntuk.
“Hm… Coba kita
lihat…Ani, Lilis, Dita, Ratih, nah… Si Adriyanti lagi online nih… Asik!”
Seketika, muncul pop-up
private message dari sahabatnya,Galih.
G: “Oi, dah lengkap lom?”
F: “Blm… Kuotanya blm ditambah nih… Sial”
G: “Hahaha… Sabar bro! “
F: “Dari kemaren emang gue dah sabar
trz…Ga ada kata laen napa?”
G: “be patient… :p”
F: “wah,lu songong lu!!”
G: “hahahaha…”
Fandri menutup
percakapan singkat tersebut dan memulai untuk mengetik update statusnya…
“Aduh… Nasib… Hari ini
kenapa ya? Kok tiap kali ngentry, pasti kurang mulu… Ini malah kurang dua,
aduh… Sial!!”
Selesai memposting
update status tersebut, langsung saja dengan tiba-tiba, puluhan “like” dating
dari teman-temannya sekampus, yang mungkin senasib, mungkin juga tidak…
“Ah, mas Roni tadi
kayaknya komen ke status gue deh, cek ahh…”
Fafa Ron’Z
: “Hahaha… Sing sabar broo,
masih ada hari esok…”
Dini Adriyanti
: “Hahahaha…. Sukurin!
Salah sendiri lu ga bisa cepet, gue aja dah lengkap dari hari awal ngentry… :”
Melihat Adriyanti
berkomentar seperti itu di statusnya, Fandri yang sehari penuh ini dipenuhi
dengan aura negative dan amarah yang luar biasa, akhirnya meledakkan emosinya
ke cewek tersebut. Fandri berpikir kalau Adriyanti adalah seseorang yang egois.
Disaat dirinya berada diambang batas kesabaran, malah ada orang yang dengan
sengaja menyerang titik emosinya.
Fandri Surizawa
: “Heh, Dini,lu bisa komen
kayak gitu apa ga mikir dulu sebelum ngetik? Lu jangan macam-macam ya, gue ini
lagi susah, lo malah ketawa ngeliat gue kayak gini. Seharusnya, lu jadi temen
itu jangan tertawa diatas penderitaan orang laen! Coba deh, lu tukeran posisi
ma gue, pasti lu ga bisa ngerasain apa yang gue rasakan saat ini!! Awas lo ya,
gue inget-inget omongan lu malam ini, buat pengingat kalo Dini Adriyanti,
mahasiswi sok alim itu, ternyata GA BISA MENJAGA MULUTNYA!!!!”
Dini
Adriyanti : “Lho,
kog gitu sih? Gue kan Cuma bercanda doang…”
Fandri Surizawa : “ahh… ga usah banyak bacot lu! Mulai
sekarang, mending lo ga usah ngomong ma gue aja deh!! Gue ga nyangka ya, kok
ada aja, cewek kayak lo, yang senang diatas penderitaan orang lain…”
Fandri tak menyangka bahwa teman yang dekat dengannya dan sudah
akrab itu diam-diam bisa melukai hatinya lebih dari apa yang semua cewek yang
pernah dia kenal. Kini, lengkap sudah penderitaannya, makul belum lengkap,
ditambah lagi persoalannya dengan Dini, membuatnya semakin tertekan. Apa yang
dipikirannya sekarang hanyalah ngentry, ngentry dan omongannya Dini. Tak
sedetikpun pikirannya melepas kedua topik itu dan dia menutup harinya dengan
update status:
“Walaupun orang itu cantiknya seperti bidadari yang terpeleset
dari surga, tapi bila dia tidak bisa menjaga mulutnya, maka orang itu tidaklah
lebih baik dari SAMPAH!!”
***
Akhirnya, lengkap sudah makul yang dinanti dan diperjuangkan
mati-matian oleh Fandri. Sepertinya tinggal menunggu hari aktif kuliah untuknya
untuk merasakan menjadi mahasiswa semester 5. Tapi, masih ada satu hal yang tak
akan terlupakan olehnya, ya! Komentar Dini…
Jam 8 Fandri sudah memacu Supranya ke kampus. Tidak ada tujuan
pasti dirinya pergi ke kampus, mungkin dia hanya mencari-cari adik semester,
siapa tahu ada yang bisa membuatnya melupakan seseorang yang pernah
menyakitinya. Di sebelah timur terlihat cowok yang tidak asing lagi baginya,
berjalan dengan sedikit kesan culun menyelimutinya, Galih bergerakmendekati
Fandri.
“Oi, udah liat pengumuman Makul KaWe?” ,Tanya Galih.
“Ntahlah, gua ga ngeh, males buat ngampus, mending kita cuci mata
dulu, banyak noh, cewek di depan BAK… Mayan, vitamin bro!” ,kekeh Fandri.
“Ah, elu! Tahu aja gue lagi butuh refreshment, hwehehehe…”
“Hahahahaha… Yok ah,cabut!”
“Yok!”
Ketika mereka berjalan hendak menuju areal depan kampus, secara
kebetulan, Dini tiba dengan memakai motor yang berbeda dengan biasanya,
sehingga Fandri pun terlihat pangling dengannya. Setelah Dini membuka helm dan
terlihat wajahnya, Fandri langsung merubah raut wajahnya secara drastic menjadi
datar tanpa ekspresi. Galih langsung menyapanya.
“Hai Din! Perlu bantuan?”
“Hai Lih, ya nih, motor gua ga bisa masuk, bantu parkirin dong…
Hai Fand!” ,Dini juga menyapa Fandi yang terdiam semenjak kedatangannya.
“…” (Sialan, tuh Uler ngapain sih ada disini, gue cuek aja ah…)
,batin Fandri dalam hatinya.
“Fand, hoy!” ,Dini sepertinya kaget karena respon yang berbeda
yang diberikan oleh Fandri, tak biasanya dia didiemin oleh Fandri yang biasanya
suka bercanda kepadanya.
“Hoy Lih urusan lo dah belom? Kalo belum, gua duluan ya?” ,kata
Fandri sambil beranjak hendak meninggalkan tempat duduknya.
“Hoy tunggu! Ntar dulu napa,ngobrol dulu kek, ma Dini…?” ,ajak
Galih.
“Ah, males! Kalo lu ga mau ya udah, gue bisa sendiri kok..”
“Hey, jangan gitu ma Dini dong, emangnya ada apa sih?”
,rasapenasaran Galih muncul.
“Hey kalian, aku pergi dulu ya, thanks Lih!” ,bisik-bisik mereka
dipotong oleh suara Dini yang sudah janjian dengan pacarnya diluar kampus.
“Heh Lih, gua saranin lu jaga baek-baek pertemanan lo ma tu orang,
masalah gue dengan dia ga ada sangkut pautnya dengan lo, biar ini jadi urusan
gue.. OK?”
“Oke oke, jadi ga, kita ke depan?”
“Yuk, tapi gua haus nih, beli minum dulu ke Blackheartmart dulu
ya?”
“Yok, gue juga mo beli makanan dulu,gue laper…”
Mereka pun pergi bersama menuju kedepan kampus. Disaat yang
bersamaan, terlihat Mira dan Tika sedang berjalan menuju kea rah mereka.
“Hai Tante….” ,sapa Fandri ke Tika.
“Hai, pada mo kemana nih?”
“Ini mau nyari makan, laperrr..” ,jawab Galih.
“Oh, yuk makan bareng?” ,ajak Mira.
‘Wah, ga biasanya nih, diajakin bidadari secantik Mira,
hwehehehe…” ,rayuan Fandri muncul secara otomatis.
Mereka berempat pun berjalan bersama menuju kafe depan kampus.
Disaat yang bersamaan, Galih melihat Dini yang sepertinya ingin berjalan
mendekati seorang cowok yang sepertinya juga telah menunggu Dini sedari tadi…
“Eh, Fand, liat tuh! Kayaknya pacarnya Si Dini…”
“Mana?”
(bersambung)
No comments:
Post a Comment