Chapter 2 - “Tak Lagi
Nadia”
Jawaban
singkat dari nadia yang begitu memikat lelaki itu pun tak membuat lelaki itu
menyerah untuk bisa mendapatkan jawaban yang lebih panjang dari kata “hemmm”.
Kemudian si lelaki dengan seribu perjuangannya untuk mendapatkan hati Nadia ini
mulai berapi api lagi. Ia makin bersemangat untuk mendekati Nadia. Dengan lagak
sok keren laki-laki ini mengawali pembicaraanya lagi.
“Hai,
kenapa baru keliatan Nad?”, dengan sok akrab lelaki ini mengawali
pembicaraanya.
“Hemm,
aku kan emang jarang sekelas ma kamu, makanya kamu nggak pernah ngliat aku”,
kata Nadia dengan dingin.
“Iya sih,
emang jadwal kita banyak berbeda, tapi aku selalu berharap perbedaan itu tak
membatasiku untuk bisa bertemu denganmu, he….”
“Halah, kalau
pun seandainya jadwal kita selalu sama, aku juga nggak berharap sedikitpun untuk
ingin bertemu denganmu”, jawab Nadia dengan sedikit senyum ledekan.
“Hahahahahaaha,
bener tuh kata Nadia!” sontak teman-temannya yang tak jauh dar tempatnya
berada.
“Huff…,
ya ya ya, jawaban yang bagus, syukurlah kalau sudah mau bicara, kebetulan
setelah ini aku pengen mengajakmu tuk berbicara empat mata”, jawab Lelaki ini
dengan penuh keberanian.
“ya,
boleh…., tapi nanti sambil jalan menuju parkiran depan”, jawab Nadia dengan
tulus.
“Siap
nona, ada sesuatu yang pengen aku omongin…”
“hussssttt!
Simpan omonganmu dulu! Kau mengganggu konsentrasiku untuk mengerjakan tugas
saja”,
Teman-temanya
pun kembali bersorak “cie cie cie….”
“betah
nih obrolannya….!” Sahut dari salah satu temannya yang bernama Ida.
“Obrolan
sudah ditutup!”, jawab lelaki ini dengan lantang dan sambil melirik ke arah
Nadia.
Dalam hati lelaki ini pun juga berkata “meskipun kau begitu dingin, tapi
aku tak kan pernah berhenti untuk mencari tahu apa yang bisa membuatmu dingin,
mungkin bukan es batu ataupun lemari es, hemmmm”
***
Oh iya,
satu kata maaf untuk para pembaca, kali ini saya selaku penulis, menggunakan
sudut pandang yang lain dari chapter sebelumnya, kali ini si tokoh utama itu
tak ku beri kesempatan untuk menulis ceritanya sndiri. Dan seperti janjiku
untuk menjelaskan mengapa sahabat-sahabat Nadia terbiasa untuk melontarkan kata
“cie cie cie” terhadap lelaki ini (sebut saja Galih). Beginilah awal
ceritanya….
Di suatu
keadaan yang penuh dengan kegelisahan tepatnya satu setengah tahun yang lalu,
seorang laki-laki yang sedang kita bahas dalam cerita ini sedang menemukan
pencerahan hati saat pertama kali bertemu dengan sosok wanita manis yang manisnya
melebihi madu dan sakarin. Ya, dia sedang jatuh cinta kepada wanita yang
bernama lengkap Nadia Lilasita Dewi. Wanita yang mampu mengalihkan pandangan
lelaki ini dari wanita lainnya.
Suatu
ketika di waktu yang sama, lelaki ini pun mencoba mendekati Nadia, tapi rasa
sungkan yang menyelimuti hatinya membuat ia minder karena sikap Nadia yang dingin
itu. Akal pun tak berhenti, lelaki ini mencoba mendekati para sahabatnya agar
ia bisa mendekati Nadia jauh lebih dekat lagi. Di tiap kesempatan yang sama, ia
membicarakan sosok Nadia kepada lima sahabat dekatnya satu persatu.
Setelah
semua sahabat Nadia mengetahui kalau sebenarnya lelaki ini begitu menyimpan
perasaan yang dalam terhadap Nadia, mereka pun berniatan untuk mengerjai lelaki
ini. Mereka melakukan kerjaan jahil, dan apakah itu? Kita simak cerita ini:
One
day, si lelaki ini sedang kebingungan untuk mengerjakan tugas, lalu ia coba
mencari referensi (contekan) kepada temannya sekelas, kebetulan ia sekelas
dengan Nadia, Akal pun tak buntu, ia langsung mengirim SMS kepada Nadia untuk
meminta referensi darinya.
G
: “Lagi di mana sekarang Nad?
N
: “Lagi di hatimu….”
G
: “Aku serius ini…, malah jawabannya ngacau…, aku mau minta bantu”
N
: “Aku juga serius, minta bantu apa aja juga boleh,
G
: “ aku mau minta contekan tugas, hari ini kan harus dikumpulin, bisa g?”
N
: “Ya bisa”
G
: “Ya, kita ketemu dimana?
N
: “Di hati kamu dong! Gimana sih…! Ah toples acar!”
G
: “E..eh dah berani sekarang ya?! Aku ini serius!!!
N :
“Bodo’….!”
G: “G’ usah khwatir, klau aku dah bsa
ngdapetin tgs kamu ntar jg bakal bsa ngdapetin hati kmu juga…”
N : “Ah bohong! Kalau berani coba ngmong langsung!”
G : “Ya makannya ayo ketemu!!!! Yg penting tugasnya
mana????
N : “Ntar ktmu di kls, sebelum dosen msuk kmu
boleh pinjem, dan maaf, tdi HP ku dibwa sma para sahbatku..
#Tengsinnnnnnn!!!!!#
Dari
percakapan via SMS di atas, dapat disimpulkan dari kalimat terakhir jika SMS itu
hanyalah bualan, tak ada unsur nyata dari hati maupun lisan.
Dari kejadian itulah yang membuat lelaki ini selalu
di….istilah jawanya digasak’i, atau
bisa jadi bulan bulanan buat para sahabat Nadia. Mereka melontarkan kata “cie
cie cie” untuk pertama kalinya setelah kejadian dari SMS itu. Mereka mengira
hati lelaki ini luluh dan hanyut dalam kebahagian setelah menerima balasan SMS
rayuan tersebut. Tapi lelaki ini juga tak tahu apa yang juga dirasakan oleh
Nadia dari kejadian tersebut. Apakah Nadia berbunga-bunga, malu, atau juga malah
jijik. Hanya Nadia yang mampu menjawabnya.
Dan ini
nama para pelaku yang terseret dalam bualan SMS di atas:
Winda,
Marta, Soffa, Ida, Neina. Itu mengapa mereka berlima dan ditambah si Nadia
menyebut persahabatan mereka dengan julukan “Six A”, karena nama belakang
mereka menggunakan huruf A semua.
***
Kembali
lagi ke situasi utama, masih di tempat yang sama yaitu ruangan perpustakaan
yang bernama SAR (Self Access Room). Kini detik demi detik pun berjatuhan,
menit dei menit pun menguap, dan waktupun tak terasa berjalan lama. Lelaki ini
kembali pada kesadarannya, ia tak sadar jika Nadia sudah meninggalkan ruangan
itu untuk beberapa menit. Lalu lelaki ini dengan tergesa-gesa meninggalkan
ruangan itu untuk bisa bertemu dengan Nadia hanya empat mata (tanpa tukul).
Dengan
tergesa lelaki ini keluar
“Asri
cepat mana tasku? Dina, ini uang jajan untuk yang kemarin…”
Belum
sempat si Asri mengambil tas milik lelaki ini malah dengan cepat lelaki ini
menyahut tas begitu saja secepat cahaya.
Lelaki
ini pun berlari sekencang kencangnya tanpa terkencing-kencing dan berharap bisa
menjumpai Nadia sesampainya di parkiran nanti. Dan tak sadar para orang di
sekitar jalan menuju parkiran melihat ia berlari begitu cepat, #entah apa yang
sebenernya dilihat orang#.
Sesampainya
diparkiran, lelaki ini langsung menyorotkan sudut pandangannya ke segala
penjuru mata angin, dan….Jieng Jieng…! Dia melihat sosok wanita yang mempesona
berdiri di dekat motor matic (Nampak dari belakang) dan menyebut dalam hati
“Nadia….I’m coming”, dengan cepat lelaki itu menepuk pundak wanita ini dari
belakang
“Hap…!”
dengan percaya diri ia menepuk pundak wanita ini.
“Ya…?”
Wanita ini pun menoleh.
“Nadia…?”
jawab lelaki ini dengan suara yang melemah dan malu setelah melihat jika target
yang ia sapa bukanlah Nadia, melainkan Bu Sari, salah satu dosen yang masih
muda di jurusannya.
“Maaf ada
apa ya mas?” Tanya Bu Sari dengan heran.
“Tidak
apa-apa bu, saya hanya ingin tanya soal tugas kemarin, pengumpulannya paling
lambat kapan ya?” jawab lelaki ini dengan sedikit mengalihkan situasi yang
TENGSIN ini.
“Halah….tadi
kenapa panggil aku “Nadia”? pacarmu ya? Cie cie cie…” ledek si dosen muda ini.
“Bukan
seperti itu bu, ya saya memang mencari Nadia, dan masih mencari hatinya, dan
satu hal lagi, dia belum pacar saya bu, saya harus pergi dulu bu, selamat siang
bu…sampai jumpa di lain kesempatan!”
Dengan
sesegera mungkin lelaki ini mencari Nadia lagi dengan tetap focus di parkiran
kampus. Dan tiba-tiba terdengar suara tertawa yang aneh di sekitarnya.
“Hahahahahahaahahaaha,
cucok banget book…!” Lontaran ejekan dari manusia imut yang bernama Imam, salah
satu anggota dari tentara tangguh sabun.
“Hahahahaahaahahahahahahaha”,
Ketawa yang tiada batasnya dari semua orang di parkiran yang memandang lelaki
ini.
“Hey cil,
what’s wrong?” Tanya lelaki ini pada si Imam.
Tiba-tiba
tinjuan kecil menghantam punggung lelaki ini, dan ia pun menoleh kebelakang,
serrr…
“Heh, Tas
siapa yang kamu bawa ini?” Tanya Nadia yang tiba-tiba muncul dari belakang
lelaki ini dengan tinjuan kecilnya.
“Hah?
Tas?” Lelaki ini pun kemudian melihat tas yang dari tadi dibawanya dari SAR.
“Oh
Men…Oh No… !” Lelaki ini pun terkejut dan baru menyadari kalau tas yang ia bawa
bukanlah tas miliknya, melainkan tas jinjing yang biasa dipakai cewek (tas
cangklong) yang berwarna ungu dan dibalut motif belang macan.
“hahahahahaha…”
tawa kecil Nadia melihatnya dengan geleng-geleng kepala.
“Hahahahahahhaha….”
Tawa dari semua orang yang melihat.
Lelaki
ini pun kembali merasa #TENGSIN#
Seusai
kejadian tadi, lelaki ini pun ditemani Nadia untuk mengembalikan tas yang ia
salah ambil dari SAR. Waktu di perjalanan pulang seusai mengembalikan tas dari
SAR, mereka berdua pun akhirnya bisa ngobrol empat mata sambil berjalan menuju
parkiran.
“Hey,
ternyata kamu pantas juga pakai tas tadi,hehehehe…” sedikit ledekan dari Nadia.
“Pantas
apaan??!, pantas diketawain iya! Tengsinnya yang kagak nolong”, jawab lelaki
ini dengan sedikit penyesalan tapi ia masih bisa tersenyum.
“Jadi,
sekarang mau ngomong apa? Kan udah empat mata”, Tanya Nadia dengan sedikit
penasaran.
“Oh
Sorry, sebenarnya aku mau bilang kalau aku ngefans ma kamu”, jawab lelaki ini
sambil menatap ke arah mata Nadia yang penuh dengan keberanian.
“Cuma
ngefans?”, Tanya singkat Nadia.
“Ya lebih
sih, dari dulu pertama ketemu aku langsung punya rasa padamu”, terang lelaki
ini.
“Maaf…” ,
satu kata
yang membuat langkah kaki mereka seakan terhenti. Angin pun tiba-tiba berhembus
membawa taburan daun yang berjatuhan dari pohon yang tak jauh dari parkiran
kampus.
Lelaki
ini pun bertanya, “kenapa?”
“dengan
pernyataanmu barusan, sebenarnya aku nggak pengen ngelukain perasaanmu, mungkin
jawaban ini yang tepat untukmu…” terang Nadia.
“Maksudnya?”
Tanya lelaki ini dengan raut wajah yang bingung.
“Aku
sudah ada yang punya, kesetiaanku sudah untuknya….”
Cetarrrr………(suara
hati si lelaki ini kala mendengar pernyataan di atas)
“Oh
gitu…emang benar?” Tanya lelaki ini masih tidak percaya.
“Iya lah,
tu aku udah dijemput”, jawab tenang Nadia.
Nadia pun
langsung beranjak meninggalkan lelaki ini dan menuju sang pacar yang sudah
menjemputnya. Dan lelaki ini hanya bisa memandang dengan ratapan kekecewaan
yang sangat dalam.
“Galih,
aku pulang dulu….!” Salam pamit dari Nadia untuk lelaki ini.
“Ya….mungkin
tak ada kesempatan untuk memilikimu, tapi bisa bersamamu hari ini saja aku
sudah merasa seakan memilikimu, dan izinkan saja aku untuk memiliki hatimu
walau ragamu bersamanya”, jawaban dari dalam hati lelaki ini kala memandang
Nadia yang kini telah pergi bersama sang kekasih.
Seperti
itulah kisah lelaki ini terhadap Nadia, sosok wanita yang ia cintainya. Dan
apakah yang akan terjadi di kisah selanjutnya? Akankah ada sosok wanita lain
yang akan mengisi hatinya kembali? Akankah ada yang mampu menyusun kembali
kepingan hatinya yang telah hancur? Kita tunggu saja di chapter berikutnya….
Bersambung…………..
No comments:
Post a Comment