Thursday, October 31, 2013

Tentara Tangguh Sabun: Galih's Version - Chapter 2


Chapter 2  - “Tak Lagi Nadia”

Jawaban singkat dari nadia yang begitu memikat lelaki itu pun tak membuat lelaki itu menyerah untuk bisa mendapatkan jawaban yang lebih panjang dari kata “hemmm”. Kemudian si lelaki dengan seribu perjuangannya untuk mendapatkan hati Nadia ini mulai berapi api lagi. Ia makin bersemangat untuk mendekati Nadia. Dengan lagak sok keren laki-laki ini mengawali pembicaraanya lagi.

“Hai, kenapa baru keliatan Nad?”, dengan sok akrab lelaki ini mengawali pembicaraanya.
“Hemm, aku kan emang jarang sekelas ma kamu, makanya kamu nggak pernah ngliat aku”, kata Nadia dengan dingin.
“Iya sih, emang jadwal kita banyak berbeda, tapi aku selalu berharap perbedaan itu tak membatasiku untuk bisa bertemu denganmu, he….”
“Halah, kalau pun seandainya jadwal kita selalu sama, aku juga nggak berharap sedikitpun untuk ingin bertemu denganmu”, jawab Nadia dengan sedikit senyum ledekan.
“Hahahahahaaha, bener tuh kata Nadia!” sontak teman-temannya yang tak jauh dar tempatnya berada.
“Huff…, ya ya ya, jawaban yang bagus, syukurlah kalau sudah mau bicara, kebetulan setelah ini aku pengen mengajakmu tuk berbicara empat mata”, jawab Lelaki ini dengan penuh keberanian.
“ya, boleh…., tapi nanti sambil jalan menuju parkiran depan”, jawab Nadia dengan tulus.
“Siap nona, ada sesuatu yang pengen aku omongin…”
“hussssttt! Simpan omonganmu dulu! Kau mengganggu konsentrasiku untuk mengerjakan tugas saja”,
Teman-temanya pun kembali bersorak “cie cie cie….”
“betah nih obrolannya….!” Sahut dari salah satu temannya yang bernama Ida.
“Obrolan sudah ditutup!”, jawab lelaki ini dengan lantang dan sambil melirik ke arah Nadia.

Dalam hati lelaki ini pun juga berkata “meskipun kau begitu dingin, tapi aku tak kan pernah berhenti untuk mencari tahu apa yang bisa membuatmu dingin, mungkin bukan es batu ataupun lemari es, hemmmm”

***
Oh iya, satu kata maaf untuk para pembaca, kali ini saya selaku penulis, menggunakan sudut pandang yang lain dari chapter sebelumnya, kali ini si tokoh utama itu tak ku beri kesempatan untuk menulis ceritanya sndiri. Dan seperti janjiku untuk menjelaskan mengapa sahabat-sahabat Nadia terbiasa untuk melontarkan kata “cie cie cie” terhadap lelaki ini (sebut saja Galih). Beginilah awal ceritanya….

Di suatu keadaan yang penuh dengan kegelisahan tepatnya satu setengah tahun yang lalu, seorang laki-laki yang sedang kita bahas dalam cerita ini sedang menemukan pencerahan hati saat pertama kali bertemu dengan sosok wanita manis yang manisnya melebihi madu dan sakarin. Ya, dia sedang jatuh cinta kepada wanita yang bernama lengkap Nadia Lilasita Dewi. Wanita yang mampu mengalihkan pandangan lelaki ini dari wanita lainnya.

Suatu ketika di waktu yang sama, lelaki ini pun mencoba mendekati Nadia, tapi rasa sungkan yang menyelimuti hatinya membuat ia minder karena sikap Nadia yang dingin itu. Akal pun tak berhenti, lelaki ini mencoba mendekati para sahabatnya agar ia bisa mendekati Nadia jauh lebih dekat lagi. Di tiap kesempatan yang sama, ia membicarakan sosok Nadia kepada lima sahabat dekatnya satu persatu.

Setelah semua sahabat Nadia mengetahui kalau sebenarnya lelaki ini begitu menyimpan perasaan yang dalam terhadap Nadia, mereka pun berniatan untuk mengerjai lelaki ini. Mereka melakukan kerjaan jahil, dan apakah itu? Kita simak cerita ini:
           
             One day, si lelaki ini sedang kebingungan untuk mengerjakan tugas, lalu ia coba mencari referensi (contekan) kepada temannya sekelas, kebetulan ia sekelas dengan Nadia, Akal pun tak buntu, ia langsung mengirim SMS kepada Nadia untuk meminta referensi darinya.
            G : “Lagi di mana sekarang Nad?
            N : “Lagi di hatimu….”
            G : “Aku serius ini…, malah jawabannya ngacau…, aku mau minta bantu”
            N : “Aku juga serius, minta bantu apa aja juga boleh, 
            G : “ aku mau minta contekan tugas, hari ini kan harus dikumpulin, bisa g?”
            N : “Ya bisa”
            G : “Ya, kita ketemu dimana?
            N : “Di hati kamu dong! Gimana sih…! Ah toples acar!”
            G : “E..eh dah berani sekarang ya?! Aku ini serius!!! 
            N : “Bodo’….!”
         G: “G’ usah khwatir, klau aku dah bsa ngdapetin tgs kamu ntar jg bakal bsa ngdapetin  hati kmu juga…”
            N : “Ah bohong! Kalau berani coba ngmong langsung!”
            G : “Ya makannya ayo ketemu!!!! Yg penting tugasnya mana????
          N : “Ntar ktmu di kls, sebelum dosen msuk kmu boleh pinjem, dan maaf, tdi HP ku dibwa   sma para sahbatku..
#Tengsinnnnnnn!!!!!#
Dari percakapan via SMS di atas, dapat disimpulkan dari kalimat terakhir jika SMS itu hanyalah bualan, tak ada unsur nyata dari hati maupun lisan.

Dari kejadian itulah yang membuat lelaki ini selalu di….istilah jawanya digasak’i, atau bisa jadi bulan bulanan buat para sahabat Nadia. Mereka melontarkan kata “cie cie cie” untuk pertama kalinya setelah kejadian dari SMS itu. Mereka mengira hati lelaki ini luluh dan hanyut dalam kebahagian setelah menerima balasan SMS rayuan tersebut. Tapi lelaki ini juga tak tahu apa yang juga dirasakan oleh Nadia dari kejadian tersebut. Apakah Nadia berbunga-bunga, malu, atau juga malah jijik. Hanya Nadia yang mampu menjawabnya.

Dan ini nama para pelaku yang terseret dalam bualan SMS di atas:
Winda, Marta, Soffa, Ida, Neina. Itu mengapa mereka berlima dan ditambah si Nadia menyebut persahabatan mereka dengan julukan “Six A”, karena nama belakang mereka menggunakan huruf A semua.

***
Kembali lagi ke situasi utama, masih di tempat yang sama yaitu ruangan perpustakaan yang bernama SAR (Self Access Room). Kini detik demi detik pun berjatuhan, menit dei menit pun menguap, dan waktupun tak terasa berjalan lama. Lelaki ini kembali pada kesadarannya, ia tak sadar jika Nadia sudah meninggalkan ruangan itu untuk beberapa menit. Lalu lelaki ini dengan tergesa-gesa meninggalkan ruangan itu untuk bisa bertemu dengan Nadia hanya empat mata (tanpa tukul).
Dengan tergesa lelaki ini keluar
“Asri cepat mana tasku? Dina, ini uang jajan untuk yang kemarin…”
Belum sempat si Asri mengambil tas milik lelaki ini malah dengan cepat lelaki ini menyahut tas begitu saja secepat cahaya.

Lelaki ini pun berlari sekencang kencangnya tanpa terkencing-kencing dan berharap bisa menjumpai Nadia sesampainya di parkiran nanti. Dan tak sadar para orang di sekitar jalan menuju parkiran melihat ia berlari begitu cepat, #entah apa yang sebenernya dilihat orang#.

Sesampainya diparkiran, lelaki ini langsung menyorotkan sudut pandangannya ke segala penjuru mata angin, dan….Jieng Jieng…! Dia melihat sosok wanita yang mempesona berdiri di dekat motor matic (Nampak dari belakang) dan menyebut dalam hati “Nadia….I’m coming”, dengan cepat lelaki itu menepuk pundak wanita ini dari belakang
“Hap…!” dengan percaya diri ia menepuk pundak wanita ini.
“Ya…?” Wanita ini pun menoleh.
“Nadia…?” jawab lelaki ini dengan suara yang melemah dan malu setelah melihat jika target yang ia sapa bukanlah Nadia, melainkan Bu Sari, salah satu dosen yang masih muda di jurusannya.
“Maaf ada apa ya mas?” Tanya Bu Sari dengan heran.
“Tidak apa-apa bu, saya hanya ingin tanya soal tugas kemarin, pengumpulannya paling lambat kapan ya?” jawab lelaki ini dengan sedikit mengalihkan situasi yang TENGSIN ini.
“Halah….tadi kenapa panggil aku “Nadia”? pacarmu ya? Cie cie cie…” ledek si dosen muda ini.
“Bukan seperti itu bu, ya saya memang mencari Nadia, dan masih mencari hatinya, dan satu hal lagi, dia belum pacar saya bu, saya harus pergi dulu bu, selamat siang bu…sampai jumpa di lain kesempatan!”
Dengan sesegera mungkin lelaki ini mencari Nadia lagi dengan tetap focus di parkiran kampus. Dan tiba-tiba terdengar suara tertawa yang aneh di sekitarnya.
“Hahahahahahaahahaaha, cucok banget book…!” Lontaran ejekan dari manusia imut yang bernama Imam, salah satu anggota dari tentara tangguh sabun.
“Hahahahaahaahahahahahahaha”, Ketawa yang tiada batasnya dari semua orang di parkiran yang memandang lelaki ini.
“Hey cil, what’s wrong?” Tanya lelaki ini pada si Imam.
Tiba-tiba tinjuan kecil menghantam punggung lelaki ini, dan ia pun menoleh kebelakang, serrr…
“Heh, Tas siapa yang kamu bawa ini?” Tanya Nadia yang tiba-tiba muncul dari belakang lelaki ini dengan tinjuan kecilnya.
“Hah? Tas?” Lelaki ini pun kemudian melihat tas yang dari tadi dibawanya dari SAR.
“Oh Men…Oh No… !” Lelaki ini pun terkejut dan baru menyadari kalau tas yang ia bawa bukanlah tas miliknya, melainkan tas jinjing yang biasa dipakai cewek (tas cangklong) yang berwarna ungu dan dibalut motif belang macan.
“hahahahahaha…” tawa kecil Nadia melihatnya dengan geleng-geleng kepala.
“Hahahahahahhaha….” Tawa dari semua orang yang melihat.
Lelaki ini pun kembali merasa #TENGSIN#

Seusai kejadian tadi, lelaki ini pun ditemani Nadia untuk mengembalikan tas yang ia salah ambil dari SAR. Waktu di perjalanan pulang seusai mengembalikan tas dari SAR, mereka berdua pun akhirnya bisa ngobrol empat mata sambil berjalan menuju parkiran.
“Hey, ternyata kamu pantas juga pakai tas tadi,hehehehe…” sedikit ledekan dari Nadia.
“Pantas apaan??!, pantas diketawain iya! Tengsinnya yang kagak nolong”, jawab lelaki ini dengan sedikit penyesalan tapi ia masih bisa tersenyum.
“Jadi, sekarang mau ngomong apa? Kan udah empat mata”, Tanya Nadia dengan sedikit penasaran.
“Oh Sorry, sebenarnya aku mau bilang kalau aku ngefans ma kamu”, jawab lelaki ini sambil menatap ke arah mata Nadia yang penuh dengan keberanian.
“Cuma ngefans?”, Tanya singkat Nadia.
“Ya lebih sih, dari dulu pertama ketemu aku langsung punya rasa padamu”, terang lelaki ini.
“Maaf…” ,
satu kata yang membuat langkah kaki mereka seakan terhenti. Angin pun tiba-tiba berhembus membawa taburan daun yang berjatuhan dari pohon yang tak jauh dari parkiran kampus.
Lelaki ini pun bertanya, “kenapa?”
“dengan pernyataanmu barusan, sebenarnya aku nggak pengen ngelukain perasaanmu, mungkin jawaban ini yang tepat untukmu…” terang Nadia.
“Maksudnya?” Tanya lelaki ini dengan raut wajah yang bingung.
“Aku sudah ada yang punya, kesetiaanku sudah untuknya….”
Cetarrrr………(suara hati si lelaki ini kala mendengar pernyataan di atas)
“Oh gitu…emang benar?” Tanya lelaki ini masih tidak percaya.
“Iya lah, tu aku udah dijemput”, jawab tenang Nadia.

Nadia pun langsung beranjak meninggalkan lelaki ini dan menuju sang pacar yang sudah menjemputnya. Dan lelaki ini hanya bisa memandang dengan ratapan kekecewaan yang sangat dalam.
“Galih, aku pulang dulu….!” Salam pamit dari Nadia untuk lelaki ini.
“Ya….mungkin tak ada kesempatan untuk memilikimu, tapi bisa bersamamu hari ini saja aku sudah merasa seakan memilikimu, dan izinkan saja aku untuk memiliki hatimu walau ragamu bersamanya”, jawaban dari dalam hati lelaki ini kala memandang Nadia yang kini telah pergi bersama sang kekasih.

Seperti itulah kisah lelaki ini terhadap Nadia, sosok wanita yang ia cintainya. Dan apakah yang akan terjadi di kisah selanjutnya? Akankah ada sosok wanita lain yang akan mengisi hatinya kembali? Akankah ada yang mampu menyusun kembali kepingan hatinya yang telah hancur? Kita tunggu saja di chapter berikutnya….

Bersambung…………..

No comments:

Post a Comment