Monday, October 14, 2013

Tentara Tangguh Sabun: Galih's Version - Chapter 1


(Chapter 1 – “Hay Nadia”)




“Aku sayang kamu…….” Terbisik kata-kata manis yang tersangkut ditelingaku.  Byur!!!! Derasnya kesejukan air menyegarkan bangun tidurku.
“Cepat bangun nak!!!”, teriak Ibuku menyebar ke seluruh sudut ruangan kamarku.
“Iya bu, aku sudah puas dengan tidurku, ini juga mau langsung mandi” sahutku dengan setengah sadar.
“Jam berapa ini nak?!! Kau harus cepat berangkat kuliah! Matahari sudah ada di atas kepala!” cacian ibuku.
 “Waduh aku hampir terlamabat! Terimakasih ibuku yang manis..” ucapan terimakasihku sambil mencium tangan ibuku.

Aku pun bergegas lari ke kamar mandi untuk menyetor tabungan kuningku dan membersihkan seluruh tubuhku dengan air dan sabun yang segar. Lalu secepat mungkin aku bergegas menuju kampus tercinta dengan jarak yang lumayan jauh dari rumah. Perjalanan yang membutuhkan waktu sekitar 30 menit itu ada untungnya untuk memikirkan banyak hal atau berbicara dengan diri sendiri.

Whesssh……! Secepat angin aku meluncur menuju kampusku. Oh iya, sambil menikmati perjalanan di tengah ramainya jalanan raya aku ingin perkenalkan siapa sih si “aku” yang dari tadi bicara melulu. Oke, aku adalah si “lelaki” yang ada dalam cerita sebelumnya, ceita di chapter 0. Aku yang bernama lengkap Aditya Galih Pamungkas, kali ini aku mulai mengambil alih sebagai penulis dalam cerita ini, jadi nggak ada lagi si penulis yang panggil aku dengan sebutan “lelaki itu” lagi. 

Di chapter ini, aku ingin berbagi cerita tentang kejadian yang akan bermunculan tak terduga di depanku, tentunya masih tentang percintaan. Dari cerita yang sudah diceritain sebelumnya mungkin aku adalah sosok lelaki yang lemah, tapi kini aku telah berubah seiring banyaknya pegalaman pahit yang kurasakan. Kini aku tak kan lemah lagi dan takut terhadap wanita, keberanianku ini muncul saat aku dinobatkan sebagai anggota “Pasukan Tentara Tangguh Sabun”. Itulah Pasukan yang didirikan oleh temanku yang bernama Hendrik dan itu sebuah kelompok pertemanan yang memiliki satu pemikiran tentang…..ya itulah, kalian bakal tahu sendiri setelah mengikuti cerita ini.

Cekleg…., kumatikan mesin motorku sesampainya di parkiran kampus, tapi dalam pikiranku masih terbayang sosok wanita yang hadir dalam mimpiku tadi, sosok wanita yang membisiki telingaku dengan kata-kata yang membuat aku hampir mati bahagia. Dia oh dia yang kini sedang aku incar telah masuk ke dalam mimpiku, sebut saja namanya “Nadia”, dialah teman sekampusku. Dia wanita yang berhasil mencuri perhatianku setelah sekian lama  aku terdiam dalam kekosongan hatiku akibat penderitaan-penderitaan cinta yang telah ku alami sebelumnya.

“Ndul….!” Teriak suara cempreng laki-laki yang membangunkan lamunan indahku. Dia lah saudara dari sang subuh, si sifu dari pasukan tentara tangguh sabun yang bernama Hidyat.
“Hey ndul! Ngapain lu ke kampus! Hari ini kan nggak ada kuliah.” Lontar si Hidayat.
“Apa???? Yang bener???” Tanyaku dengan heboh.
“Ya iyalah, dosen hari ini pada rapat semua, emang lu nggak disms komtingmu?”
“Ntah lah, coba aku cek dulu”. Ku lihatlah HPku yang sejak tadi pagi belum kubuka, inilah kebiasaan burukku yang selalu telat mengecek pesan masuk, tapi bgitu cepat merespon ponsel ketika sedang menerima pesan dari wanita.
“Oh my Girl…! Ternyata benar hari ini nggak ada kuliah, ini aku baru tahu kalau komtingku pagi tadi ngasih info lewat sms.”
“Itu sih karena kecerobohanmu yang stadium angkut dari dulu nggak lu sembuhin! Ya udah gua mau pulang tidur”, jawab Hidayat.
“Eh, tapi kenapa lu juga datang ke kampus? Kan lu tahu sndiri tadi kalau nggak ada kuliah?” ,tanyaku dengan heran.
“Hehehehe, sebenarnya gua juga nggak update info, gua baru tahu tadi pas masuk gedung, lalu baru gua baca deh pengumuman di tembok.”
“Ah dasar singkong fermentasi! Ya udah sana ‘Minggat tho!’…!

Setelah itu, aku pun mencoba cari kesibukan di kampus karena keterlanjuranku sudah datang ke kampus tanpa ada perkuliahan. Akupun mencoba berkunjung ke perpustakaan yang berada di fakultasku, sebut saja perpustakaan itu “SAR”, asal jangan ditambah KEM. Perpustakaan itu merupakan surga kedua dari para bidadari di fakultasku. Di sana aku mencoba mencari-cari buku untuk mengerjakan tugas serta yang paling utama yaitu mengamati para ladies yang bersemayam di sana. Tempat itu terkenal sebagai tempat untuk membaca dan mengerjakan tugas kelompok.

“Hai Galih……!” sapaan hangat dari dua makhluk cantik penjaga SAR.
“Hai juga Din, Hai Asri, tumben agak sepi, oh bener juga kan nggak ada kuliah, tapi tadi lihat makhluk yang bernama Hendrik nggak?”
“Nggak tuh, terakhir kesini kan sama kamu kemarin, malah kalian langsung pergi makan berdua ninggalin kita” jawab Asri.
“Hu’umph…! Aku juga nggak dibeliin siomay!!” ,sahut Dina.
“Maaf deh soal kemarin, ya udah, aku tak cari buku dulu, dan simpan nih jaket dan tas dengan aman!”
“Oke, tapi jangan lupa beliin siomay lagi!” kata Dina dengan suara yang lantang dan memanja.

Aku pun langsung sesibuk mungkin mencari buku di rak yang paling pojok, tapi pikiranku masih terbayang tentang mimpi semalam.
“Cie cie….” Terdengar paduan suara cewek yang menghujam ke telingaku.
Dengan sedikit lirikan penasaran akupun menoleh, “Owalah…..kalian thow, dasar rombongan penyomblang.” Sahutku dengan sedikit santai. Mereka lima wanita yang selalu bergerombol dan pembuat gaduh suasana kelas. Dan mereka juga adalah para sahabat Nadia.
“Mana Nadia?” tanyaku dengan sedikit tersenyum.
“Cie cie, Nadia terus…., tiga, dua, satu, ..!” sontak lima cewek serempak.
Ceklek….,
pintu SAR tiba-tiba terbuka, dan munculah sosok wanita  yang bermandikan cahaya surga dihadapan lensa mataku, ya benar, tak salah lagi, kaulah Nadia.....

Nadia pun memasuki ruangan perpus dimana yang di dalamnya terdapat sesosok laki-laki genius (aku), dua bidadari penjaga, lima wanita pembuat gaduh, dan beberapa makhluk asing lain yang sibuk dengan pekerjaan mereka.  
“Cie cie cie….” Seruan pun menghujam telingaku kembali, beginilah ketika aku bertemu dengan Nadia dan disertai lima makhluk brisik itu.

Dengan PD nya aku coba menyapa Nadia ketika menuju ke gerombolan sahabat-sahabatnya itu.
“Hai Nadia….” Sapaan hangatku untuknya.
“Hemmm,” Respon singkat dari Nadia dengan sedikit malu karena berdiri di dekat para sahabatnya.  

Itulah Nadia, dan kalian akan tahu alasan mengapa teman-temannya sering melontarkan kata “cie cie cie” terhadapku, tapi cerita itu akan hadir di next chapter.

Bersambung……

No comments:

Post a Comment