(Chapter 1 – “Hay
Nadia”)
“Aku
sayang kamu…….” Terbisik kata-kata manis yang tersangkut ditelingaku. Byur!!!! Derasnya kesejukan air menyegarkan
bangun tidurku.
“Cepat
bangun nak!!!”, teriak Ibuku menyebar ke seluruh sudut ruangan kamarku.
“Iya bu,
aku sudah puas dengan tidurku, ini juga mau langsung mandi” sahutku dengan
setengah sadar.
“Jam
berapa ini nak?!! Kau harus cepat berangkat kuliah! Matahari sudah ada di atas
kepala!” cacian ibuku.
“Waduh aku hampir terlamabat! Terimakasih
ibuku yang manis..” ucapan terimakasihku sambil mencium tangan ibuku.
Aku pun
bergegas lari ke kamar mandi untuk menyetor tabungan kuningku dan membersihkan
seluruh tubuhku dengan air dan sabun yang segar. Lalu secepat mungkin aku bergegas
menuju kampus tercinta dengan jarak yang lumayan jauh dari rumah. Perjalanan
yang membutuhkan waktu sekitar 30 menit itu ada untungnya untuk memikirkan
banyak hal atau berbicara dengan diri sendiri.
Whesssh……! Secepat angin aku meluncur
menuju kampusku. Oh iya, sambil menikmati perjalanan di tengah ramainya jalanan
raya aku ingin perkenalkan siapa sih si “aku” yang dari tadi bicara melulu. Oke,
aku adalah si “lelaki” yang ada dalam cerita sebelumnya, ceita di chapter 0. Aku yang bernama lengkap Aditya Galih Pamungkas, kali ini
aku mulai mengambil alih sebagai penulis dalam cerita ini, jadi nggak ada lagi
si penulis yang panggil aku dengan sebutan “lelaki itu” lagi.
Di chapter ini, aku ingin berbagi cerita tentang kejadian yang akan bermunculan tak
terduga di depanku, tentunya masih tentang percintaan. Dari cerita yang sudah
diceritain sebelumnya mungkin aku adalah sosok lelaki yang lemah, tapi kini aku
telah berubah seiring banyaknya pegalaman pahit yang kurasakan. Kini aku tak
kan lemah lagi dan takut terhadap wanita, keberanianku ini muncul saat aku dinobatkan
sebagai anggota “Pasukan Tentara Tangguh Sabun”. Itulah Pasukan yang didirikan
oleh temanku yang bernama Hendrik dan itu sebuah kelompok pertemanan yang
memiliki satu pemikiran tentang…..ya itulah, kalian bakal tahu sendiri setelah
mengikuti cerita ini.
Cekleg….,
kumatikan mesin motorku sesampainya di parkiran kampus, tapi dalam pikiranku
masih terbayang sosok wanita yang hadir dalam mimpiku tadi, sosok wanita yang
membisiki telingaku dengan kata-kata yang membuat aku hampir mati bahagia. Dia
oh dia yang kini sedang aku incar telah masuk ke dalam mimpiku, sebut saja
namanya “Nadia”, dialah teman sekampusku. Dia wanita yang berhasil mencuri
perhatianku setelah sekian lama aku
terdiam dalam kekosongan hatiku akibat penderitaan-penderitaan cinta yang telah
ku alami sebelumnya.
“Ndul….!”
Teriak suara cempreng laki-laki yang membangunkan lamunan indahku. Dia lah
saudara dari sang subuh, si sifu dari pasukan tentara tangguh sabun yang
bernama Hidyat.
“Hey
ndul! Ngapain lu ke kampus! Hari ini kan nggak ada kuliah.” Lontar si Hidayat.
“Apa????
Yang bener???” Tanyaku dengan heboh.
“Ya
iyalah, dosen hari ini pada rapat semua, emang lu nggak disms komtingmu?”
“Ntah
lah, coba aku cek dulu”. Ku lihatlah HPku yang sejak tadi pagi belum kubuka,
inilah kebiasaan burukku yang selalu telat mengecek pesan masuk, tapi bgitu
cepat merespon ponsel ketika sedang menerima pesan dari wanita.
“Oh my
Girl…! Ternyata benar hari ini nggak ada kuliah, ini aku baru tahu kalau
komtingku pagi tadi ngasih info lewat sms.”
“Itu sih
karena kecerobohanmu yang stadium angkut dari dulu nggak lu sembuhin! Ya udah
gua mau pulang tidur”, jawab Hidayat.
“Eh, tapi
kenapa lu juga datang ke kampus? Kan lu tahu sndiri tadi kalau nggak ada
kuliah?” ,tanyaku dengan heran.
“Hehehehe,
sebenarnya gua juga nggak update info, gua baru tahu tadi pas masuk gedung,
lalu baru gua baca deh pengumuman di tembok.”
“Ah dasar
singkong fermentasi! Ya udah sana ‘Minggat tho!’…!
Setelah
itu, aku pun mencoba cari kesibukan di kampus karena keterlanjuranku sudah
datang ke kampus tanpa ada perkuliahan. Akupun mencoba berkunjung ke
perpustakaan yang berada di fakultasku, sebut saja perpustakaan itu “SAR”, asal
jangan ditambah KEM. Perpustakaan itu merupakan surga kedua dari para bidadari
di fakultasku. Di sana aku mencoba mencari-cari buku untuk mengerjakan tugas
serta yang paling utama yaitu mengamati para ladies yang bersemayam di sana.
Tempat itu terkenal sebagai tempat untuk membaca dan mengerjakan tugas
kelompok.
“Hai
Galih……!” sapaan hangat dari dua makhluk cantik penjaga SAR.
“Hai juga
Din, Hai Asri, tumben agak sepi, oh bener juga kan nggak ada kuliah, tapi tadi
lihat makhluk yang bernama Hendrik nggak?”
“Nggak tuh,
terakhir kesini kan sama kamu kemarin, malah kalian langsung pergi makan berdua
ninggalin kita” jawab Asri.
“Hu’umph…!
Aku juga nggak dibeliin siomay!!” ,sahut Dina.
“Maaf deh
soal kemarin, ya udah, aku tak cari buku dulu, dan simpan nih jaket dan tas
dengan aman!”
“Oke,
tapi jangan lupa beliin siomay lagi!” kata Dina dengan suara yang lantang dan
memanja.
Aku pun langsung
sesibuk mungkin mencari buku di rak yang paling pojok, tapi pikiranku masih
terbayang tentang mimpi semalam.
“Cie cie….”
Terdengar paduan suara cewek yang menghujam ke telingaku.
Dengan
sedikit lirikan penasaran akupun menoleh, “Owalah…..kalian thow, dasar
rombongan penyomblang.” Sahutku dengan sedikit santai. Mereka lima wanita yang
selalu bergerombol dan pembuat gaduh suasana kelas. Dan mereka juga adalah para
sahabat Nadia.
“Mana
Nadia?” tanyaku dengan sedikit tersenyum.
“Cie cie,
Nadia terus…., tiga, dua, satu, ..!” sontak lima cewek serempak.
Ceklek….,
pintu SAR
tiba-tiba terbuka, dan munculah sosok wanita yang bermandikan cahaya surga dihadapan lensa
mataku, ya benar, tak salah lagi, kaulah Nadia.....
Nadia pun
memasuki ruangan perpus dimana yang di dalamnya terdapat sesosok laki-laki
genius (aku), dua bidadari penjaga, lima wanita pembuat gaduh, dan beberapa
makhluk asing lain yang sibuk dengan pekerjaan mereka.
“Cie cie
cie….” Seruan pun menghujam telingaku kembali, beginilah ketika aku bertemu
dengan Nadia dan disertai lima makhluk brisik itu.
Dengan PD
nya aku coba menyapa Nadia ketika menuju ke gerombolan sahabat-sahabatnya itu.
“Hai
Nadia….” Sapaan hangatku untuknya.
“Hemmm,”
Respon singkat dari Nadia dengan sedikit malu karena berdiri di dekat para sahabatnya.
Itulah
Nadia, dan kalian akan tahu alasan mengapa teman-temannya sering melontarkan
kata “cie cie cie” terhadapku, tapi cerita itu akan hadir di next chapter.
Bersambung……
No comments:
Post a Comment