Sebuah pagi yang biasa-biasa saja bagi
Si OMes, Fandri. Memulai pagi dengan sarapan dan segala tetek-bengek yang rutin dilakukan setiap mau pergi
sekolah. Ketika masuk jam pelajaran pagi di kelas kesayangan, XI IPA 1, terasa
atmosfer yang berbeda pagi ini...
"Hm... Kok
katanya ada anak baru yang pindah kesini? Jadi penasaran, cewek pa cowok ya?" batinnya seraya
melanjutkan gambar anime amatirnya yang setengah jadi.
"Yak,
anak-anak, untuk pagi ini Pak Totok tidak bisa mengajar, sebagai gantinya
kalian harus mengerjakan soal Hukum Newton di halaman 56 sampai dengan 60,
dikumpulkan!! Oh ya, saya lupa, ini ada teman kalian yang baru, jauh-jauh
datang dari Lampung lho... Jihan, ayo kenalkan dirimu..." ,perintah Pak
Kisyo, guru BK spesialis anak IPA.
"Hai!!
Aku murid baru lho..."
"Lha
siapa bilang guru baru?!", potong Aleks, cowok terjail sekelas, dan
semuanya pun tertawa...
"Aleks,
hayo, jangan sadis-sadis sama temenmu yang baru!"
"Siap
pak!"
"Ayo
Jihan, lanjutkan..."
"Ya Pak,
temen-temen, namaku Jihan Nurlela, aku dari Lampung, tapi sekarang lagi mondok di pesantren deket perempatan
situ... Salam kenal..." ,kata Jihan, si murid baru dari Lampung dengan
logatnya yang seolah-olah disengaja untuk di-imut-imut-in.
"Heh...
Sok imut, oia ya, ireng
kumut-kumut... Jiahahahaha..."
,batin Fandri.
"Ok
Jihan, kamu boleh duduk disamping Yazid, disitu kebetulan ada bangku kosong,
silahkan, sambil kenalan sama temen-temenmu, biar akrab.. Hehehehe, ok
anak-anak, Bapak tinggal dulu, Bapak harap kalian bisa sedikit tenang dan
kondusif, karena guru-guru lagi rapat, ok?"
"Iya
Pak..." ,jawab mereka dengan agak serentak, karena sebagian anak yang
militan sedang mengerjakan tugasnya.
***
"Teeeeetttt.... Teeetttttttttt...."
Suara bel SMA
Negeri 1 Miasma nyaring berbunyi, tanda jam istirahat telah tiba.
"Em...
Zid..."
"Yaps...
Ada apa Han?"
"Itu
orang yang duduknya dipojok depan itu siapa sih, kok kayaknya... Seperti gunung
es gitu?" ,tanya Jihan pada teman sebangkunya.
"Hm...
mereka Al dan Fandri, yang satu sih, emang gunung es murni, jadi yaa... Pendiem
gitu... Tapi yang satunya, diem kalo lagi nahan laper doang kayaknya,
hahahaha..." ,tawa Yazid membuyarkan konsentrasi Fandri. Sepertinya, Fandri
sudah tidak bergairah lagi untuk mengerjakan soal-soal Fisika yang membuat
panas kepalanya, matanya lebih tertarik untuk men-scan si anak baru yang berhasil membuat Fandri
memperhatikannya. "Eh Al, gimana kalo gue kenalan ma dia? Lu mau ga, gue
mintain nomernya?" ,Fandri menawarkan pada Al. "Terserah lu..."
,jawab Al singkat.
Ketika Si Anak
Baru sedang jajan di kantin, tak sengaja bertemu dengan Fandri, namun
sepertinya Fandri tidak berani menyapanya, karena Jihan sekarang lagi jalan
bareng gerombolannya Hana, cewek usil Yang
Megangin Kawasan Sini, begitulah mereka menyebut Hana. "Ahh... Kenapa
harus Hana yang jadi deket ma Jihan sih?" ,batinnya.
"Oi!!
Hana!!!" ,teriak Fandri.
"Hm?"
"Bentar
deh, gue mo kenalan ma Jihan, ntar kalo di kelas tolong 'lepasin' doi bentar
yah?"
"Emm.... Wani piro??"
"Jiann....
Bentar aja deeeh... yah?"
"Ahh...
Ntar gue mo ngerjain tugas kelompok ma dia, tapi bentar beneran ya?"
"OK
Bos!"
***
"Hai, kenalan dong!"
"Oh hai,
boleh..."
"Gue Fandri,
lu Jihan ya? Beneran Asli Lampung? Kok rasa-rasanya lu paham dengan bahasa
sini?"
"Hahahaha...
Iyaa, gue dah 3 tahun mondok disini, jadi ya... Udah paham lah, kalau bicaranya
gue sendiri agak susah..." ,aku Jihan.
"Ohh...
Gituuu... Eh, boleh minta nomer lu ga?" ,kebiasaan Fandri, ngomong ga pake
basa-basi.
"Hm...
Boleh, nomer gue 38..."
"Jiahh...
Bisa bercanda juga lu..."
"Hahahaha...
Namanya juga manusia, pasti lah, bisa bercanda.."
"Hem....Gue
serius lho..." ,nampaknya, Fandri mulai konsisten.
"Ok, ok,
tapi sms ajah ya, smsnya jangan abis Maghrib, soalnya aku lagi ngaji... Nih,
nomerku.." ,bilang Jihan sambil menunjukkkan ke Fandri, layar Nokia 7610
miliknya. Fandri pun, mengetik dengan nafsunya, sambil menanyakan mau dikasih
nama apa di kontaknya, "Jihan ajah, ga pake ajah, just... Jihan, ok?"
"Sip..."
"Hoy Bro,
udeh gue bilang, pasti dapet..." ,Fandri mendatangi Al.
"Hm...
Okesip..." ,singkat Al.
***
Setahun telah berjalan, Fandri ternyata masih sekelas dengan sohibnya, Al dan Si Anak Tidak Baru Lagi, Jihan. Mereka pun mulai akrab, mengobrol dan pernah satu kelompok bersama. Rupanya, tanpa disadari, Fandri menaruh rasa ke Jihan. Tapi Fandri masih ragu untuk memberi tahu kepada Jihan, karena dengarnya dari Gerombolannya Hana, kalo Jihan tuh masih punya pacar di Lampung.
"Ah...
Pati ga tahan ama tuh... Masih ada kesempatan...." ,pikir Fandri.
"Wah, itu
dia... Eh, tapi kok... Dia nangis? Kenapa nih, ga biasanya.."
Ketika Fandri
mendekati Jihan yang tersedu-sedu dan bermata merah, "Kenapa lu? Kok
tumben nangis? Kenapa?" ,tanya Fandri.
"Coba
cerita ke aku, siapa tahu aku bisa membantu..." ,modus Fandri, bila
melancarkan serangan, logatnya sengaja diperhalus...
"Ahh...
Enggaaaak... Ga ada apa-apa kok, ini tadi cuma kena sambel pas makan di kantin..."
Fandri pun
mulai kepo, dicarilah Hana...
"Woy, si
Jihan kenapa tuh?"
"Ga tahu,
kata temen-temen sih, diputusin ama pacarnya yang di Lampung sono... Gue sih
cuek." ,bilang Hana.
"Hm...
Kasihan..." ,pikir Fandri.
Ketika Fandri
mencoba untuk menghibur Jihan dengan beberapa jokes yang sebenarnya lumayan
bikin perut salit, tapi, yang namanya situasi lagi melow galow selow,
candaannya pun gagal total...
"Fandri!!
Udah... Please, kalau bisa, tinggalin aku sendiri, aku lagi butuh waktu buat
sendiri, maaf..." ,Jihan pun pergi meningalkan Fandri yang terbengong
karena kecerobohannya...
"Damn!
Kurang dikit lagi gue padahal bisa lho, buat mengatakan kalimat keramat itu...
eeee, dianya pergi, yaudah..." ,kata Fandri pada Al.
"Mungkin
elunya yang salah kondisi, sehausnya lu jangan senyam-senyum pas dia nangis,
aaa... Pe'ak!!"
'Halah, lu
malah ga dukung gue...? Lu gimana sih?"
"Bodo'...."
"Asem..."
,umpat Fandri.
Sejak saat itu, mereka pun akhirnya lulus dan melanjutkan ke perguruan tinggi yang diminatinya masing-masing, Jihan yang kangen dengan keluarganya, memilih untuk kuliah di Universitas Negeri Lampung dengan memilih jurusan Kedokteran, sesuai dengan cita-citanya menjadi dokter anak. Suatu ketika, Fandri mencoba bercanda kepada Jihan di Akun jejaring sosial mereka, namun sepertinya, candaan itu menjadi candaan terakhri bagi Fandri untuk Jihan, karena pada saat itu Fandri salah mengucapkan satu kata yang akhirnya melukai hati Jihan untuk selamanya, sehingga Jihan pun memblokir semua hubungan dan kontak yang dipunyai Fandri untuk jangka waktu yang tidak ditentukan. Hal ini sepertinya membuat Fandri trauma untuk mendekati cewek luar daerah tempat tinggalnya.
Sekarang, Fandri
berubah drastis menjadi Fandri yang lebih parah! Dia lebih memilih untuk
menghianati sifat aslinya sewaktu di SMP sampai SMA, jadilah Fandri sekarang,
anggota Tentara Tangguh Sabun yang sangat kuat dibidang pengetahuan cewek...
(Bersambung)
Dedicated to: Jihan, sorry for anything. It's just... JOKES. Sorry, Bu Dokter. Sorry.
No comments:
Post a Comment